Jumat, 13 April 2012

KONJUNGSI

Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh: dan, atau, serta.
Preposisi dan konjungsi adalah dua kelas yang memiliki anggota yang dapat beririsan. Contoh irisannya adalah karena, sesudah, sejak, sebelum.
[sunting] Perilaku sintaksis
1. Konjungsi koordinatif; menghubungkan dua atau lebih unsur (termasuk kalimat) yang sama pentingnya atau setara. Kalimat yang dibentuk disebut kalimat majemuk setara. Contoh: dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan.
2. Konjungsi korelatif; menghubungkan dua atau lebih unsur (tidak termasuk kalimat) yang memiliki status sintaksis yang sama dan membentuk frasa atau kalimat. Kalimat yang dibentuk agak rumit dan bervariasi, kadang setara, bertingkat, atau bisa juga kalimat dengan dua subjek dan satu predikat. Contoh: baik ... maupun, tidak hanya ..., tetapi juga, bukan hanya ..., melainkan juga, demikian ... sehingga, sedemikian rupa ... sehingga, apa(kah) ... atau, entah ... entah, jangankan ..., ... pun.
3. Konjungsi subordinatif; menghubungkan dua atau lebih klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi membentuk anak kalimat yang jika digabungkan dengan induk kalimat akan membentuk kalimat majemuk bertingkat.
1. Konjungsi subordinatif waktu; sejak
2. Konjungsi subordinatif syarat; jika
3. Konjungsi subordinatif pengadaian; andaikan
4. Konjungsi subordinatif tujuan; agar
5. Konjungsi subordinatif konsesif; biarpun
6. Konjungsi subordinatif pembandingan; ibarat
7. Konjungsi subordinatif sebab; karena
8. Konjungsi subordinatif hasil; sehingga
9. Konjungsi subordinatif alat; dengan
10. Konjungsi subordinatif cara; tanpa
11. Konjungsi subordinatif komplementasi; bahwa
12. Konjungsi subordinatif atributif; yang
13. Konjungsi subordinatif perbandingan; sama ... dengan
4. Konjungsi antarkalimat; merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendir

by Suryani Waruwu on Sep.07, 2011, under MATERI
Kata penggabung (konjungsi) adalah kata tugas yang menghubungkan kata, frase, klausa, kalimat, atau paragraf. Konjungsi dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu konjungsi koordinatif/setara, konjungsi subordinatif/bertingkat, dan konjungsi korelatif. Akan tetapi, berdasarkan tataran bagian yang dihubungkan, kita membedakan lima jenis konjungsi, yaitu konjungsi antarkata, antarfrase, antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf.
a. Konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menggabungkan dua klausa yang memiliki kedudukan yang setara. Contohnya adalah :
a. dan, menandai hubungan penambahan;
b. atau, menandai hubungan pemilihan;
c. tetapi, menandai hubungan perlawanan.
Penggunaan ketiga jenis konjungsi di atas dapat menghasilkan kalimat majemuk setara.

b. Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menggabungkan dua klausa atau lebih yang memiliki hubungan bertingkat. Penggunaan konjungsi subordinatif menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
Berikut adalah jenis-jenis konjungsi subordinatif :
Jenis Contoh
1. Hubungan waktu sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
2. Hubungan syarat jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
3. Hubungan pengandaian andaikan,umpamanya, seandainya, sekiranya
4. Hubungan tujuan agar, biar, supaya
5. Hubungan konsesif biarpun, meskipun, sekalipun, walau(pun),sungguhpun, kendati(pun)
6. Hubungan pemiripan seakan-akan,seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana
7. Hubungan penyebaban sebab, karena, oleh karena
8. Hubungan pengakibatan (se)hingga, sampai(-sampai), maka(-nya)
9. Hubungan penjelasan bahwa
10. Hubungan cara dengan
11. Hubungan atributif yang
12. Hubungan sangkalan seakan-akan, seolah-olah
c. Konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa; dan hubungan kedua unsur itu memiliki derajat yang sama. Penggunaan konjungsi korelatif menghasilkan kalimat korelatif. Kalimat korelatif umumnya berupa kalimat majemuk.

Contoh Pemakaian
1. tidak hanya …, tetapi juga …. Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga kita harus patuh.
2. Ti dak hanya …, bahkan …. Tidak hanya cuci muka, bahkan kami menyempatkan untuk bermandi-mandi di sungai itu.
3. bukannya …, melainkan …. Bukannya bibi yang menanak nasi, melainkan ibu.
4. makin …, makin …. Makin besar, pohon itu makin rimbun.
5. jangankan …, pun …. Jangankan orang lain, orang tuanya pun tidak dihormati.
6. baik …, maupun …. Baik disertai ayah, maupun disertai ibu, adik tetap tidak mau pergi.
7. demikian (rupa) …, sehingga …. Mobil itu larinya demikian cepatnya, sehingga sangat sukar untuk dipotret.
8. apa(kah) … atau …. Apa(kah) Anda setuju atau tidak, kami akan jalan terus.
9. entah … entah …. Entah disetujui entah tidak, dia tetap mengusulkan gagasan itu.

d. Konjungsi antarkalimat
Konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Karena itu, konjungsi macam itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Berikut adalah contoh konjungsi antarkalimat.
1). menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda atau pun bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. è biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu
Contohnya :
Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya
2). menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya. è meskipun demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya
Contohnya :
Mereka berbelanja ke Glodok. Sesudah itu, mereka pergi ke rumah saudaranya di Ancol.

3) menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya.
è tambahan pula, lagi pula, selain itu
Contohnya :
Pak Hasyim terkena penyakit kencing manis. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah tinggi.
4) mengacu ke kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. è sebaliknya
Contohnya :
Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan. Sebaliknya, dia melawan polisi dengan belati.
5) menyatakan keadaan yang sebenarnya. è sesungguhnya, bahwasanya
Contohnya :
Masalah yang dihadapinya memang gawat. Sesungguhnya, masalah itu sudah diramalkan sebelumnya.
6) menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya; penegasan è malah(an), bahkan
Contohnya :
Pak Amir sudah tahu soal itu. Bahkan, dia sudah mulai menanganinya.
7) menyatakan keadaan pertentangan dengan keadaan sebelumnya. è (akan) tetapi, namun
Contohnya :
Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada.
8) menyatakan keekslusifan dari hal yang dinyatakan sebelumnya. è kecuali itu
Contohnya :
Alam akan studi di Timur Tengah. Kecuali itu, dia pun akan menunaikan ibadah haji
9) menyatakan konsekuensi. è dengan demikian
Contohnya :
Dia sudah tiga hari tidak sekolah. Dengan demikian, dia sudah layak untuk mendapat peringatan dari sekolah.
10) menyatakan akibat. è oleh karena itu, oleh sebab itu
Contohnya :
Sudah tiga hari Risa tidak masuk sekolah. Oleh karena itu, dia mendapat surat peringatan dari sekolah.
11) menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya. è sebelum itu
Contohnya :
Kak Baharsyah mengawali sambutannya dengan ucapan salam. Sebelum itu, mengangguk dan tersenyum kepada para penonton.

e. Konjungsi antarparagraf
Kepaduan antarparagraf dapat dilihat dari pemakaian kata yang menghubungkan paragraf-paragraf itu. Hubungan antarparagraf dapat dipererat dengan menggunakan kata penghubung (konjungsi). Paragraf yang satu dengan yang lainnya digabungkan dengan menggunakan konjungsi antarparagraf. Namun demikian, penggunaan konjungsi tersebut tidak dapat dipaksa-paksakan. Penggunaannya harus berdasarkan makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya.

Berikut adalah contoh-contoh konjungsi yang lazim digunakan dalam hubungan antarparagraf.
a) Adapun terbongkarnya rahasia bahwa di bawah pohon itu tersimpan harta karun, bermula dari cerita Pak Kisah yang pernah menjadi pembantu raja dan turut menanam harta tersebut beberapa puluh tahun yang lalu.
b) Akan hal lamarannya menjadi salah seorang guru di Sekolah Dasar Inpres Raya ini telah kami bicarakan dalam rapat guru minggu yang lalu. Dalam waktu dekat kita akan mengetahui hasilnya: diterima atau ditolak.
c) Mengenai keinginan pemuda itu mempersunting anak gadis pak Lurah semua orang telah maklum. Yang menjadi masalah ialah apakah Pak Lurah menerimanya menjadi menantu atau tidak.
d) Dalam pada itu para pemuda desa ini menertawakan saya karena saya ingin beternak lebah dan menanam jamur. Mereka sangsi upaya dan usaha saya berhasil.
e) Alkisah maka pada masa dulu memerintahlah seorang raja yang arif bijaksana di daerah ini.
f) Arkian baginda raja yang arif bijaksana itu mempunyai tujuh orang puteri yang cantik jelita yang tidak ada bandingannya di kerajaan itu.
g) Syahdan maka pada suatu hari datanglah seorang lelaki tua yang bungkuk dan sangat mengerikan ke istana raja dan mengemukakan niat untuk melamar puteri raja menjadi istrinya.
h) Sebermula pada zaman dahulu itu datanglah malapetaka yang dahsyat memusnahkan daerah ini dengan air bah yang ganas. Setelah itu orang menamai daerah itu `kelenglengen`, yang bermakna `tenggelam` atau `terbenam`. Begitulah ceritanya asal mula nama desa itu menjadi Desa Kalenglengen.

Jenis-jenis konjungsi lainnya yang sering digunakan dalam hubungan antarparagraf adalah sebagai berikut.
1) Konjungsi yang menyatakan tambahan pada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya: begitu pula, demikian juga, tambahan lagi, di samping itu, kedua, dan akhirnya.
2) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya: bagaimanapun juga, sebaliknya, dan namun.
3) Konjungsi yang menyatakan perbandingan. Misalnya: sebagaimana dan sama halnya.
4) Konjungsi yang menyatakan akibat atau hasil. Misalnya: oleh karena itu, jadi, dan akibatnya.
5) Konjungsi yang menyatakan tujuan. Misalnya: untuk maksud itu, untuk mencapai hal itu, dan untuk itulah.
6) Konjungsi yang menyatakan intensifikasi. Misalnya: ringkasnya, secara singkat, dan pada intinya.
7) Konjungsi yang menyatakan waktu. Misalnya: sementara itu dan kemudian.
8) Konjungsi yang menyatakan tempat. Misalnya: di sinilah dan berdampingan dengan.
*** Setiap orang akan bertambah usia, namun bukan setiap orang akan bertambah dewasa***

LANGKAH MENULIS PUISI 2

Langkah 1: Mencermati Gambar. Cermatilah gambar peristiwa yang akan dijadikan puisi
Langkah 2: Menentukan Tema. Melalui tema yang telah ditentukan, puisi yang kita susun akan terfokus pada satu masalah
Langkah 3 : Menentukan Amanat/Pesan Moral
Amanat sesuai gambar,judul, dan tema di atas adalah:
1) Menghargai jerih payah orang tua dalam mencari nafkah
2) Rusman walaupun sudah tua tetap semangat dalam bekerja, untuk itu kita yang masih muda harus lebih gigih dalam belajar maupun bekerja.
3) Mengajar kita untuk tidak mengeluh walaupun keadaan hidup kita susah
4) Mengajar kita untuk lebih peduli pada orang-orang di sekitar kita yang hidupnya susah
Langkah 4 : Mendata Objek atau Fakta
Langkah 5 : Mengubah objek atau fakta denganpilihan kata atau diksi lain
Langkah 6 : Menyusun Puisi
Langkah 7 : Membuat judul puisi
1) RUSMAN
2) LELAKI USIA SENJA
3) SEMANGAT BEKERJA DI HARI TUA

RUSMAN
Lelaki berusia senja, tubuhmu renta
Tapi kuatnya tubuhmu bagai baja
Teriknya matahari siang tak menyurutkan
Langkah kakimu yang mulai keriput

Kehidupan yang keras, memaksamu…
Mencari hidup dengan memikul alas-alas kaki
Di pundakmu yang tipis
Dengan semangat baja,
Berkeliling menyusuri jalan-jalan di Kota Kembang
Mulai dari gang sempit tempatmu berteduh

Sampai Taman Cilaki tempatmu menjual alas-alas kaki
Seharga delapan ribu rupiah alas-alas kaki per pasang
Harga yang pantas untuk kaummu yang susah
Lelaki berusia senja, tak pernah mengeluh
Keringat yang kau kucurkan
Memberikan kehidupan dan kehangatan
orang-orang terkasihmu

Lelaki berusia senja
Semangat bekerjamu bagai baja
Menegur usia muda yang tak menghargai jerih payah orang terkasihnya
Menegur usia muda yang menyia-nyiakan waktu kehidupannya
Mengajar manusia-manusia yang malas mencari hidup
Mengajar manusia-manusia memahami makna kehidupan


---------------------------------------------------------------

LANGKAH-LANGKAH MENULIS PUISI

Langkah-Langkah Menulis Puisi
Puisi merupakan ungkapan pengembaraan imajinasi oleh pengarang dengan bentuk bahasanya. Keindahan dan emosi kental mewarnai isi sebuah puisi.
Ada langkah mudah yang dapat digunakan dalam menulis sebuah puisi. Adapun langkah-langkah tersebut adalah :

1. Menentukan tema

Langkah awal dalam sebuah penulisan adalah menentukan tema yang merupakan ide dasar dalam tulisan.
Contoh tema : Taman

2. Mendeskripsikan tema (taman)

Tulislah apa saja yang terdapat dalam tema (taman), dengan kata-kata lepas seperti : bunga, kupu-kupu, mawar, lebah, rumput, kursi, dll.

3. Membuat kalimat berdasarkan pendeskripsian tema

Semua kata/dapat dipilih dibuatlah menjadi kalimat-kalimat.
Contoh :
bunga di taman itu indah sekali
Kupu-kupu terbang di taman
Bunga mawar tumbuh mekar
Seekor lebah hinggap di bunga yang mekar
Rumput hijau di sekitar taman
Kursi di bawah pohon dekat taman

4. Memilih diksi yang tepat dari kalimat yang dibuat

pagi ini ....
bunga-bunga tumbuh indah
bunga mawar menebarkan sukma aroma
kupu-kupu terpesona
lebah terpikat hingga jatuh hati padanya
Sebuah kursi di atas hamparan permadani rumput hijau
setia menunggu .......

5. Berilah judul yang sesuai dari langkah ke 4 tersebu

judul merupakan kepala tulisan, tentunya judul tidak boleh lepas atau meyimpang dari tema dan isi sebuah puisi, sehingga puisi di atas menjadi lebih lengkap.


Tamanku

pagi ini ....
bunga-bunga tumbuh indah
bunga mawar menebarkan sukma aroma
kupu-kupu terpesona
lebah terpikat hingga jatuh hati padanya
Sebuah kursi di atas hamparan permadani rumput hijau
setia menunggu .......